Informasi lengkap, silakan >>
Baiturrahman, 08 Oktober 2025
Oleh: Fahry Raisu
Masalah fundamental dari pembelajaran tradisional adalah menjadi pembelajar pasif. Kita mengonsumsi banyak sekali informasi—membaca buku, menonton podcast, video YouTube—tanpa benar-benar memprosesnya.
1. Ilusi Produktivitas: Saat kita menonton video edukasi atau membaca, otak melepaskan dopamin, menciptakan ilusi bahwa kita produktif atau selangkah lebih maju. Padahal, ilmu tersebut seringkali menguap dengan sangat cepat bahkan sebelum sempat dipraktikkan. Anda akhirnya menjadi "kolektor informasi yang tidak pernah menghasilkan apa-apa."
2. Belajar Tanpa Tujuan yang Jelas: Banyak orang belajar hanya karena tuntutan sosial, seperti demi IPK tinggi, agar terlihat pintar, atau untuk memperbagus CV. Belajar tanpa tujuan yang mendalam diibaratkan memiliki mobil Ferrari (otak yang cepat menyerap informasi) tetapi tidak tahu mau ke mana, hanya "muter-muter doang di sekitaran komplek."
Di tengah banjir informasi, kebiasaan digital kita memperburuk masalah pembelajaran pasif.
Rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu di depan layar hampir setara dengan jatah tidur ideal, bahkan mungkin lebih dari 8 jam. Waktu ini ditukar dengan konten berdurasi 15 detik hingga 1 menit (TikTok, Reels, Shorts) yang bertindak seperti "permen" atau "dopamin instan" bagi otak.
Akibatnya:
• Pecandu Informasi: Otak kita menjadi knowledge junky, di mana informasi hanya "masuk kuping kiri keluar kuping kanan."
• Toleransi Anjlok: Toleransi kita terhadap hal-hal yang membutuhkan proses, seperti membaca buku, anjlok drastis. Belajar yang benar—yang membutuhkan effort seperti olahraga atau makan makanan sehat—terasa seperti siksaan karena otak sudah kecanduan kecepatan digital.
Kunci untuk belajar 100 kali lebih cepat adalah mengubah fokus dari sekadar menerima informasi menjadi memiliki arah yang jelas. Langkah pertama yang fundamental adalah membuat tujuan yang jelas tentang "orang seperti apa yang ingin Anda jadi di masa depan." Tujuan ini sangat penting karena berfungsi sebagai filter. Di dunia yang penuh distraksi, tugas utama kita bukanlah mengonsumsi semuanya, tetapi justru memfilter informasi agar relevan dengan tujuan kita.
Untuk mencapai kecepatan 100X, tujuan harus diubah menjadi proyek. Proyek adalah cara memecah tujuan menjadi langkah-langkah kecil yang dapat Anda kerjakan setiap hari. Kuncinya adalah fokus pada perilaku yang bisa dilakukan hari ini. Ini secara otomatis akan memaksa Anda mencari pengetahuan yang relevan dan terstruktur, bukan sekadar membaca tanpa arah.
Teknik Belajar 100X (Toolkit Era Modern).
1. Langsung Implementasi: Jangan buang waktu membaca buku 300–500 halaman secara pasif. Coba langsung bikin proyek tersebut. Jika mentok, barulah Anda mencari inspirasi.
2. Gunakan AI untuk Brainstorming: Manfaatkan AI (seperti ChatGPT atau Notebook LM) untuk bertanya proyek apa yang bisa dilakukan hari ini untuk mencapai tujuan Anda.
3. Gunakan Media Sosial sebagai Alat, Bukan Tujuan: Media sosial bisa menjadi alat belajar yang berguna untuk mencari inspirasi proyek, tetapi batasi waktunya hanya 10-15 menit.
4. Buku untuk Mengasah Fundamental: Buku penting untuk mengasah fundamental proyek Anda. Namun, jangan dibaca semua. Lakukan skimming (membaca cepat) dan hanya ambil prinsip-prinsip yang penting. Batasi waktu membaca hanya 30 menit sampai 1 jam.
5. Podcast adalah Tambang Emas (Gold Mine): Setelah skimming dan mencatat pertanyaan, cari podcast atau wawancara penulis buku tersebut. Seringkali, insight dan informasi yang diberikan di podcast lebih banyak, bahkan kadang revisi dari perkataan di buku. Tonton podcast dengan kecepatan 1,5x atau 2x agar lebih efisien.
Ilmu yang Anda pelajari melalui PBL baru akan benar-benar menempel di otak jika Anda melakukan langkah terakhir: mengajarkannya kepada orang lain.
Seperti kata Richard Feynman, Anda baru benar-benar menguasai sesuatu jika Anda bisa menjelaskannya secara sederhana kepada anak berusia enam tahun.
Mengajarkan memaksa Anda untuk menyusun ulang informasi di kepala Anda menjadi lebih rapi, dan ini adalah proses belajar vital yang terlewatkan oleh pelajar pasif. Anda bisa melakukannya dengan:
• Bergabung di komunitas yang relevan dan berbagi yang dipelajari.
• Menulis di media sosial (LinkedIn, Instagram) tentang perjalanan proyek Anda, sekaligus membangun portofolio dan personal branding.
• Menjelaskan kepada teman dekat atau mentor.